Bebatuan berbentuk balok yang ditemukan di Desa Tinggarsari, Kecamatan Busungbiu, Buleleng diduga kuat sebagai peninggalan jaman megalitikum. Sejarawan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), I Made Pageh menyebut, bebatuan itu merupakan situs yang dibangun oleh manusia purba.
“Cara memahatnya dengan menggunakan besi yang diperkirakan setelah jaman neolitikum. Pada jaman megalitikum bebatuan digunakan untuk sarana pemujaan,” jelas Made Pageh.
Pageh merinci ada tiga ada tiga jenis batu yang biasa digunakan sebagai sarana pemujaan leluhur oleh manusia purba. Bebatuan itu antara lain, menhir atau batu berdiri, punden berundak berupa batu yang disusun bertingkat, Sarkofagus atau peti terbuat dari batu padas.
Situs prasejarah di Desa Tinggarsari dikatakan Pageh, termasuk Punden Berundak. batu tersebut sudah ada sejak jaman prasejarah. Yang menarik disitu, menurut Pageh, di Bali baru pertama ditemukan situs Punden Berundak. Meski dalam catatan yang ada, di pura-pura tua yang tersebar di Bali banyak ditemukan situs bebatuan tua.
Di Bali sendiri menurutnya sudah banyak ditemukan situs bebatuan. Situs-situs itu terutama tersebar di Pura-pura tua. Namun baru kali ini ditemukan situs Punden Berundak di Bali.
Bebatuan yang ditemukan di Pura Batur Gangsian, Desa Tinggarsari, Buleleng ini, berbentuk balok sepanjang 2 meter dan berdiameter sekitar 50 centimeter. Batu tersebut tersusun rapi dan seperti menempel pada dinding. Batu yang diduga benda prasejarah tersebut ditemukan di lahan seluas 4 hektare.